Ketika
menjejakkan kaki di kantor Dr. Ahmad Khan, perasaan saya berkata, wawancara
kali ini bukanlah wawancara biasa. Perasaan ini muncul karena salam penuh
semangat Dr. Ahmad Khan. Mata Dr. Ahmad Khan berbinar-binar. Dia seperti sedang
menekan kebahagiaan yang luar biasa. Lelaki di hadapan saya bukanlah Dr. Khan
yang dikenal rekannya sebagai pria lembut dan pemalu. Dr. Khan yang ini penuh
percaya diri dan tenang.
Saya
mulai bertanya-tanya pada diri sendiri apakah saya tidak salah mendengar berita
yang membawa saya kepadanya? Dr. Khan menuturkan, dia tidak hanya menemukan
bukti tentang pengarang Al Qur'an, namun juga 'pengarang' manusia!
Hanya
sedikit yang saya ketahui ketika melangkahi pintu lab genetik. Saya tidak
mengira, saya akan menemui ilmuwan yang penemuannya akan sehebat Galileo,
Newton, atau Einstein. Saya pikir saya akan sekedar mewawancarai perkembangan
bukunya tentang genetik dan Islam. Saya merancang pertanyaan sekitar moralitas
kloning, sedikit sisipan tentang ilmu genetik, dan bagaimana menempatkan
genetik dalam perspektif Islam. Bayangan saya berantakan. Saya ternganga.
"Anda bercanda, kan?"
"Tidak!
Subhanallah! Tidak!" Dia tertawa sangat lebar sembari menyingkirkan tumpukan
kertas di mejanya. Saya menoleh pada dinding kantornya. Kalau tidak karena
kaligrafi ayat kursi dan foto keluarga, dinding itu kosong. Tidak ada pertanda
ruangan ini ditempati lulusan summa
cumlaude dari Duke University. Walau dia ilmuwan muda yang tengah menanjak,
terlihat cintanya tertumpah hanya untuk Allah dan penelitiannya. Ijasah dan
penghargaan, baginya, sekedar sebentuk kertas.
Pertanyaan
yang saya siapkan tidak sesuai lagi. Saya mencoba menggali bagaimana sebenarnya
penemuan dan apa sesungguhnya yang dia dapatkan.
"Telah
beberapa tahun sejak pendidikan doktoral, saya berpikir tentang kemungkinan
adanya informasi lain selain konstruksi polipeptida yang dibangun dari kodon
DNA. Setelah satu sholat Jumat, saya mendapatkan gambaran samar. Saat itu imam
membaca satu ayat dan saya mengaitkannya dengan DNA."
Dr.
Khan bangkit, meraih Al Qur'an di rak tertingginya. Al Qur'an itu lecek.
Kombinasi yang menarik. Ilmuwan dan pecinta kitab suci.
Dr.
Khan mencium Al Qur'an dan membuka halaman tertentu.
"Audhu
billahi min asy syatan ir-rajiim. Bismillah Ir-Rahma Ir Rahiim. Sanuriihim
ayatinaa filafaaqi wafi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-Haqq...,
Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan dalam
diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran."
"Surat
apa itu?"
"Fussilat
ayat 53. Kamu mungkin pernah mendengar ilmuwan non muslim bernama Keith
Moore?"
"Rasanya.
Bisa menyegarkan ingatan saya?"
"Keith
Moore ahli embriologi. Setelah membaca Qur'an, dia melihat kesamaan antara
penjelasan Qur'an dengan ilmu modern. Dari sini, bisa kita simpulkan Qur'an
memberikan bukti kebenaran dalam diri kita. Empat belas abad yang lalu,
mikroskopis belum dikenal.
Saya
lantas menyadari Qur'an memiliki beberapa tingkatan arti. Sebagian hanya
diketahui Allah.
Ketika
mendengar surat itu, saya lihat 'ayatinaa', menggunakan kata yang sama maknanya
dengan ayat Allah. Dan 'ayatinaa' ini ada di dalam diri manusia. Saya
mempelajari genetik. Saya memperkirakan ayat yang dimaksud ada dalam DNA
kita."
"Spekulasi
bukan?"
"Pertama
kali, ya. Selanjutnya saya memperoleh petunjuk samar. Ada kemungkinan ayat
Qur'an bagian gen manusia. Satu hal yang perlu dicatat, banyak DNA hadir tanpa
memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut junk DNA atau DNA sampah. Masya Allah,
ternyata area itu jauh dari makna sampah. Sebaliknya itu adalah kata dari
Allah, Pencipta, tanda kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi nafas
kehidupan kita."
"Bagaimana
Anda menguji hipotesa Anda dan dengan siapa lagi Anda mendiskusikan ini?"
"Lab
Gen mendapatkan proyek dari pemerintah untuk meneliti gen dan kecerdasan.
Ketika ide ini muncul, kami sedang berkonsentrasi pada area kromosom 19. Saya
berdiskusi dengan adik lelaki saya, Imran. Imran ahli analisa sistem. Saya
mengajaknya berpikir tentang cara menemukan ayat Qur'an dalam kromosom 19.
Ini
pekerjaan sulit. Kami harus menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari
kodon melalui sistem perlambangan dan meneliti apakah kombinasi itu menghasilkan
ayat Qur'an.
Januari
tanggal 2, pukul 2 pagi lalu kami menemukan ayat yang pertama, alhamdulillah. Audhu billahi min asy syatan ir-rajiim.
Bismillah Ir-Rahma Ir-Rahiim. Iqra bismi rabbika ladzi khalq. Bacalah
dengan nama Tuhan yang menciptakan!"
"Ayat
yang juga pertama diturunkan pada Rasulullah saw?"
"Ya!
Saya juga terkejut. Begitu kami menemukan ayat pertama, ayat yang lain muncul
satu demi satu secara cepat. Sejauh ini kami telah menemukan 1/10 ayat Qur'an.
Setelah itu tersendat. Kendalanya masih banyak gen yang belum diteliti ilmuwan.
Walaupun
kami ingin menyebarkan penemuan kami secepatnya, kami harus meyakinkan kepala
kami terpasang dengan benar. Beberapa pekan lalu saya berdiskusi dengan
beberapa ahli genetik. Semoga penemuan ini bisa disebarluaskan musim gugur ini.
Saya
yakin penemuan ini luar biasa dan saya berani mempertaruhkan karir saya untuk
ini. Saya telah membicarakan penemuan saya dengan dua rekan lab saya.
Percayalah, ini kali pertama Clive dan Martin (dua rekan kerja) mau berdiskusi
tentang agama atau Islam. Saya juga menyurati dua ilmuwan yang selama ini sinis
terhadap Islam; Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreismann
dari Universitas Berlin. Saya yakin mereka takkan sinis lagi."
"Subhanallah.
Bisakah saya melihat ayat yang ditemukan itu?"
Dr.
Khan menyodorkan dua halaman kertas. Yang satu dipenuhi huruf T,C,G, dan A.
Yang lain huruf Arab yang jelas terbaca, bahkan 'Qaf' dengan dua titiknya. Saya
menanyakan artinya.
"Surat
Al Baqarah ayat 6; bagi orang tak beriman, sama saja bagi mereka apakah kamu
akan mengingatkan mereka atau tidak; mereka tak akan percaya. Halaman yang satu
lagi memuat kombinasi nucleotida. Setiap tiga kode melambangkan satu huruf
Arab."
Dr.
Khan menarik satu kertas lagi yang memuat huruf A, T, G, dan C secara vertikal
untuk nucleotida pertama dan horizontal untuk yang kedua dan ketiga.
"Bukan asam amino yang kita dapatkan, melainkan dua kode menghasilkan satu
huruf Arab. Bahkan ada satu kodon yang melambangkan tanda berhenti ayat. Subhanallah,
penemuan ini benar-benar rahmat besar."
"Apakah
ada pesan untuk para pembaca?"
"Semoga
penerbitan buku saya, 'Qur'an dan Genetik' semakin menyadarkan umat Islam,
Islam jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa memisahkan agama dari ilmu,
politik, pendidikan, atau seni. Semoga non muslim menyadari, tak ada gunanya
mempertentangkan ilmu dengan agama."
Saya
menghirup minuman saya, menatap mata coklat Dr. Khan seksama. Saya yakin, saya
insya Allah sedang menatap masa depan umat..
Tulisan ini akan dimuat dalam edisi perdana North
American Muslim Science Journal Okt '99
Po. Box 140306 Dallas, Tx 75214 Amerika
Dari majalah Ummi No. 06/XI
Oktober-November 1999/1420 H
Tags:
Kisah Inspiratif